Menyapa Sisa Amukan Samalas, Dalam Lingkup Taman Nasional Gunung Rinjani

Comment are off
Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

“Gunung Rinjani Longsor, dan Gunung Samalas runtuh, banjir batu gemuruh, menghancurkan Desa Pamatan, rumah rubuh dan hanyut terbawa lumpur, terapung-apung di lautan, penduduknya banyak yang mati. Tujuh hari lamanya, gempa dahsyat meruyak bumi, terdampar di Leneng (lenek), diseret oleh batu gunung yang hanyut, manusia berlari semua, sebahagian lagi naik ke bukit.”

Babad Lombok

Kalimat diatas adalah petikan dari catatan Babad Lombok yang menggambarkan maha dahsyatnya letusan Samalas di tahun 1257 yang menimbulkan zaman kegelapan di abad 13. Kegelapan disini adalah dalam arti sesungguhnya, dimana cahaya matahari sulit menembus Bumi. Langit dunia nyaris tanpa musim panas selama satu tahun. Ribuan nyawa melayang, bahkan di London, terdapat kuburan masal korban tak langsung amukan gunung yang diperkirakan berketinggian lebih dari 5000 Mdpl itu. Kerajaan Lombok pun runtuh. Letusannya berada pada skala 7, atau 1 tingkat di bawah skala tertinggi milik Supervolcano Toba yang hampir memunahkan kehidupan Bumi. Letusannya yang mengeluarkan sekitar 40 kubik kilometer material vulkanis ini melebihi Amukan Tambora yang kini berusia 200 tahun dan berkali-kali lipat dari “serangan bunuh diri” Krakatau.

Namun, cerita mengerikan itu hanyalah masa lalu yang cukup menjadi pengetahuan manusia masa kini karena akan selalu ada berkah dibalik sebuah bencana. Gunung ini sudah hilang, sisa amukannya kini bertransformasi menjadi indahnya lukisan alam yang terangkum dalam Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) selus 41.000hA dengan puncak barunya yang berada pada ketinggian 3726 Mdpl.

Di TNGR, kisah kelam masa lalu Samalas seolah membawa cahaya baru bagi Lombok. Banyak pemandangan indah yang kini menjadi objek wisata pembawa rezeki bagi penduduknya. Adalah si cantik Rinjani sang atap baru Lombok dengan ketinggian 3726 Mdpl yang jadi primadonanya. Tempat yang konon menjadi rumah bagi ratu jin cantik bernama Dewi Anjani ini dianggap banyak pendaki sebagai yang terindah seantero nusantara.

1418042473078Gunung Rinjani adalah gunung yang cukup ramah bagi pendaki pemula, tentunya pemula dengan fisik dan mental yang mumpuni. Ada dua jalur resmi yang mungkin sengaja dibuat cukup ramah bagi pendaki. Desa Sembalun di Lombok Timur dan Senaru di utara. Sembalun menjadi jalur terfavorit. Desa Sembalun kini, juga mendapat berkah dari amukan Samalas Dulu. Seluruh tanahnya nampak subur. Tanaman-tanaman kentang dan beberapa produk agrobisnis lainnya tumbuh dengan baik. Suasananya sangat sejuk, penduduknya terasa ramah. Pemandangannya sangat asri, hijau dan sedap dipandang mata. Kokohnya piramida Rinjani di belakang desa, mampu membuat prosesi buka jendela kamar yang menghadap puncaknya dipagi hari, menjadi moment yang selalu ingin diulang.

1418128248905Jalur Sembalun ini memberi rintangan yang tak terlalu sulit dan pemandangan yang sangat cantik. Saking indahnya, pemandangan selama pendakian seolah mengajak kamera untuk selalu merekam pemandangan yang tersaji. Akan ada 4 pos utama yang akan menanti sebelum puncak dengan waktu tempuh sekitar 8-10 jam, tergantung kondisi fisik tentunya. Sembalun ke pos 1 jalannya cukup landai, namun jaraknya sangat jauh, waktu tempuhnya berkisar 3-5 jam. Setelah keluar dari jalan raya desa yang beraspal, ladang-ladang penduduk tak sengaja menanti, bersama petaninya yang ramah pastinya. Senyum sapa mereka akan menjadi pengantar pertama. Dilanjutkan dengan memasuki hutan yang tak terlalu rindang selama ½ jam, tak ada pemandangan yang luar biasa disana. Keluar dari hutan, barulah dunia Teletubbies menanti. Sebuah padang savana luas berbukit yang hijau terhampar. Sebuah dataran yang mirip pemukiman hobit di layar Bioskop. Padang savana ini akan mengantakan pendaki hingga pos 3. Sejauh mata memandang, hamparan rumput hijau akan selalu menyegarkan mata. Tak akan ditemukan pohon rindang disini, jadi akan terasa panas disiang hari. Oleh karena itu pendakian di pagi hari sangat direkomendasikan. Kehati-hatian diperlukan di savana ini, “ranjau-ranjau” dari sapi ternak warga tercecer di beberapa titik, akan menjijikan jika terinjak. Dari kejauhan, bukit-bukit besar yang hijau seolah menjadi benteng untuk melindungi savana ini. Bukit-bukit itu saling menyambung, hingga ke puncak Rinjani.

Dari pos 3 menuju pos selanjutnya yang disebut Plawangan tak akan lagi ditemukan savana hijau, yang ada hutan yang tak terlalu padat yang terkadang berkabut namun menyegarkan. Selama 5 jam perjalanan menuju plawangan, tubuh akan dipaksa melampaui batasnya. Tujuh tanjakan dengan kemiringan yang cukup fantastis saling menyambung. Seolah tak mau memberi ampun. Menatap ke depan hanya akan memberi harapan palsu para pendaki. Bukit yang sering disebut ‘Bukit Penyesalan’ atau ‘Bukit Penderitaan’ ini selalu terlihat dekat ujungnya. Namun saat harapan untuk segera sampai semakin memuncak, pendaki justru disajikan bukit-bukit berikutnya. Melihat pemandangan sekitar adalah obat dari semua kelelahan itu. Di belakang, luasnya savana hijau yang cantik terlihat dengan manis. Lebih jauh lagi, desa Sembalun yang subur seolah menanti pendaki untuk kembali. Meski lelah menerpa, jangan hentikan langkah karena indanya pos Plawangan sudah menanti.

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Pos Plawangan bak oase yang seolah memnuat tubuh melupakan lelah yang menerpa. Inilah negeri di atas awan, lokasi sunset terbaik disana, tempat mata air yang segarnya melebihi air dalam lemari es, hotel berbintang milyaran saat malam hari di musim panas, dan pintu terakhir menuju puncak Rinjani. Dari pos ini, akan terlihat jurang-jurang menganga yang indah dari kejauhan, pemandangan savana hijau yang lebih luas, puncak rinjani yang semakin dekat, dan sang primadona pemandangan disana yang tak lain adalah danau vulkanis Sagara Anak yang menyimpan sejarah panjang gunung ini. Plawangan menjadi tempat terakhir untu beristirahat sebelum melakukan summit attack ke puncak Rinjani di tengah malam. Maklum saja, meskipun carrier dan segala yang membebani tubuh akan disimpan di pos ini, perjalanan ke puncak tetaplah sangat melelahkan. Maka dari itu tak bisa langsung didaki sekaligus. Membawa seorang Porter sat mendaki Rinjani menjadi pilihan bijak yang aman. Selain membantu membagi beban yang dibawa, mere akan menjadi penjaga tenda agar semua barang aman dari pencuri yang sering berkeliaran di pos ini.

1418041762531Dari Plawangan menuju puncak, vegetasi yang rindang tak akan dilewati lagi, yang ada hanya beberapa pohon kecil dan rerumputan. Namun tanaman kecil itu masih bisa ditemui hingga jelang puncak, ini karena puncak Rinjani kini bukanlah puncak sesungguhnya yang telah hilang oleh kemarahan Samalas lalu. Jalan menuju puncak berbeda dengan gunung lain dimana pendaki harus menaiki kerucut sempurna. Jalan disana lebih mirip tebing raksasa yang melingkari Sagara Aanak yang setiap bagian atasnya tak luar. Maka setiap sisi jalanan itu akan ditemui jurang menganga. Sisi kanan dihuni jurang Sagara Anak, sisi lainnya diisi pemandangan yang sudah dilewati sebelumnya. Namun, jurang-jurang ini akan menjadi pemandu untuk menyapa puncak tertinggi rumah Dewi Anjani itu.

Dari puncaknya, sisi-sisi lombok dan beberapa Gilinya terlihat dengan imutnya. Begitu juga dengan para tetangganya. Saat langit cerah, puncak sisa amukan yang juga maha dahsyat milik Tabora dapat terlihat di bagian Timur. Disisi sebaliknya, gunung Agung di Bali nampak berdiri dengan gagah. Belum lagi beberapa puncak gunung yang ada di Jawa Timur. Tepat dibawah puncak Rinjani, terdapat danau vulkanis yang tak lain adalah kawah bekas letusan Samalas. Ada juga si anak bungsu Samalas bernama gunung Baru Jari yang muncul di tengah danau. Saat fajar menjelang, sunrise yang indah dari arah timur memberi bayangan piramid di sisi barat puncak yang memberi warna lain untuk ‘negeri di atas awan’ itu. Dari sisi di balik danau, Sembalun dan beberapa track yang pernah ditemui terlihat. Ingin tertawa rasanya jika melihat tempat-tempat yang pernah “menyiksa” tadi telah berhasi dilewati hingga puncak. Sisanya, puncak Rinjani menjadi jendela untuk merasakan keanggunan Taman Nasional Gunung Rinjani secara menyeluruh.

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

Satu lagi sisa amukan samalas yang tak boleh dilewatkan. Sebuah tempat yang menjadi icon dan pusat amukan Samalas dulu. Adalah danau Sagara Anak namanya. Danau seluas 1.100 hektar berkedalaman hingga 230 meter ini adalah kawah besar yang dihasilkan letusan Samalas, Seiring waktu berjalan, air pun mengisi lubang besar ini hingga kini menjadi danau vulkanis diketinggian 2000 Mdpl yang mampu mengairi dan menghidupi pulau Lombok. Suasananya sangat sejuk. Dikelilingi dinding Rinjani yang kokoh dan rindangnya vegetasi disana, menjadikan tempat ini perkemahan yang tak boleh dilewati. Pemerintah Indonesia dulu pernah menyimpan beberapa ikan yang kini berkembang biar hingga menjadi salah satu menu makan malam disana. Hal uniknya ikan tersebut akan lebih sulit didapat oleh pendaki, sedangkan penduduk yang memancing disana akan lebih mudah mendapatkannya, seolah ikan itu tahu siapa tuannya. Tak jauh dari sana ada sebuah gua dengan pemandian airpanasnya. Berendam disana seolah mengembalikan stamina pada kondisi semula.

Dari tengah danau, tepatnya dekat puncak Rinjani fenomena alam luar biasa terjadi. Sebuah gunung muncuk perlahan. Seolah ingin menggantikan pendahulunya, gunung bernama Baru Jari ini menyimpan keindahan dan kekhawatiran sekaligus. Bagaimana tidak, bayang-bayang amukan Samalas dulu tetap terasa di balik gunung itu. Tapi tak perlu khawatir, gunung itu tumbuh dengan lambat. Berbeda dengan anak krakatau yang begitu cepat meninggi. Sehingga banyak peneliti yang memerediksi kejadian Samalas tak akan terulang lewat anaknya ini. Gunung ini pun menghasilkan sulfur dan belerang yang mengubah warna air danau menjadi tak biasa. Memancing disini menjadi moment unika dimana sebuah gunung menjadi latarnya.

Setelah puas menikmati semuanya, TNGR meneyediakan dua pilihan untuk keluar. Kembali ke Sembalun dengan pemandangan indah tadi, atau melalui Senaru yang diselimuti hutan. Meski tak seindah Sembalun, Senaru selalu menjadi pilihan terbanyak. Ini dilakukan agar pendakian semakin terpuaskan dengan semakin banyaknya pemandangan yang terlihat. Belum lagi, desa Senaru di utara Lombok berada lebih dekat dengan Gili Trawangan yang sering menjadi selanjutnya saat pergi kesana.

Namun sayang, wajah cantik sang Dewi Anjani yang direpresentasikan lewat keindahan Rinjani sedikit ternoda oleh ulah pendaki yang jorok menyimpan sampahnya. Meskipun sama sekali tak merubah keanggunan gunung ini, sampah itu bila dibiarkan jelas akan merusak secara perlahan. Untuk itu diperlukan kepedulian dengan minimal membawa kembali sampah yang dihassilkan saat pendakian. Selain menjaga kelestariannya, ini juga memberi harapan pada generasi selanjutnya yang diisi ank cucu kita untuk menikmati keindahan yang sam.

Let’s go ti Rinjani and go home with happiness.

Foto: Istimewa

Foto: Istimewa

About the Author